Ini ceritanya masih nyambung, mumpung masih ingat kejadian
pas kelas satu tapi bedanya adalah di dialog antar tokohnya atau apalah itu.
Jadi
dua bulan setelah masuk sekolah, entah kenapa aku dipindahkan ke bangku lain.
Mungkin karena gurunya nganggap aku terlalu ribut atau apalah tapi pokoknya aku
dipindahkan ke tempat duduk yang sangat tidak strategis soalnya kalok ditengok
dari meja guru, apapun yang kulakukan pasti Nampak. Kurasa kalau kentut pun
pasti kecium ma ntuh guru, tapi aku gapapa dipindahkan soalnya temen sebangku
aku yang baru adalah cewek.
Jadi
temen sebangku yang baru namanya Najla, kulitnya hitam manis dan rambutnya
warna hitam. Pertama kali aku kenalan ama dia, aku merasa dia orangnya cuek
tapi lama kelamaan dia ternyata orangnya baik kok dan sampai sekarang tiap kali
ketemu kami pasti sapa-sapaan.
Tapi
bukan hanya dia cewek yang duduknya deket aku, soalnya dulu yang duduk didepan
aku ama si Najla adalah dua orang cewek. Yang satu namanya Divana, orangnya
pendek tapi kulitnya putih dan kalok gak salah rambutnya hitam. Yang satu lagi
sih kalok gak salah namanya si Chairunnisa, orangnya tinggi dan kulitnya putih.
Nah di
depan dua orang itu baru ada dua orang cowok. Yang satu namanya Adipha,
kulitnya warna coklat dan rambutnya warna hitam. Dan kalo yang satu lagi adalah
si Fhalik, orangnya kecil mentitil, kulitnya putih dan rambutnya berwarna
kepirangan. Warna rambutnya yang kepirangan ditambah kulitnya yang berwarna
putih itu sering membuat orang berpikir bahwa dia keturunan bulek, hal itu
sering membuatnya diajak foto ama orang tak dikenal.
Jadi
seperti yang dulu aku katakan pas post pertama aku ini bukan cowok yang pemes,
jadi saat keluar bermain aku hanya ikut-ikutan ama Dafa, Audy, Egi, Yazid dan
Fhalik bermain perang-perangan ala NARUTO soalnya dulu dikelas kami itulah yang
selalu kami bicarakan, sampai-sampai kalau ga punya komik NARUTO maka gak bisa
join dengan kami.
“Hoi,
siap-siap lu ya. Nah terima nih Raaaa-sengan.” Teriak Dafa lalu melemparkan
kertas yang sudah digulung-gulung menjadi bola.
“Ha
sialan dia ngeluarin jurus pamungkas.” Teriak Audy lalu melompat ala Power
Rangers yang terkena serangan monster.
Aku
hanya menatap Audy lalu ikut-ikutan pura-pura mati dan jatuh ke lantai.
“Mwahahahahah,
kami menang. Hahahaha.” Terdengar suara Egi yang setim dengan Dafa, mereka
berdua ecek-eceknya berlari sambil melompat-lompat penuh kemenangan.
“Hei
kami belum kalah” Audy yang tadi terjatuh, bangkit lagi lalu menatap Dafa. Dia
memandang sekeliling lalu saat sadar bahwa kelas sepi dia lanjut berbicara
“Terima nih, balasanku. Jurus: Kentut bau telur busuk.”
Seakin
baunya aku hampir pingsan tapi karena jurus Audy itulah kami berhasil
memenangkan ronde hari itu.
“Hei Co
kita jalan jalan yuk.” Ajak Dafa saat pulang sekolah.
Dulu
itu aku bukanlah anak yang bisa keluyuran sembarangan sebab aku berlangganan
becak dan kalok becaknya ngambek, yah aku ga bisa sekolah keesokan harinya.
“Kemana
nih ? Jangan jauh-jauh dari sekolah biar aku bisa balik kesini untuk dijemput.”
Balasku.
“Udah
bagusan kita rampok KFC aja.” Usul Audy yang bodoh itu kami hiraukan.
“Rumahku
aja yok, lagi ga ada orang nih. Kita bisa nonton *ehem ehem*.” Egi juga
mengusulkan sesuatu yang aneh. Tapi tampak mata Dafa dan Audy mulai
berbinar-binar.
“Gimana
kalok kita nge-net aja, kan biar Marco mudah baliknya dan lagipula kita rame
nih.” Nah usul Fhalik lumayan bagus dan paling masuk akal tapi sayangnya Yazid
tidak suka main warnet jadi dia langsung pulang.
Setelah
pulang dari warnet, kami memiliki sekitar 20 menit untuk bermain-main di
sekolah dan kami putuskan untuk bermain NARUTO-NARUTOan. Hari itu adalah hari
rabu jadi yang ada di sekolah hanyalah anak-anak yang les. Sedangkan kami yang
udah cabut se jam *Eh keceplosan semoga nyokap ga baca* jadi gak ada kerjaan
karena absen lesnya udah dikumpul.
“Ok,
timnya gini: Aku, Egi dan Adipha setim sedangkan Marco, Audy dan Fhalik tim
satu lagi.” Usul Dafa.
“Lo,
mau kena jurus kentut bau telur busuk lagi ?” Lece Audy sambil tertawa kecil.
Dalam hatiku aku berharap bahwa dia gak ngeluarin jurus itu soalnya baunya
nauzubile kayak kolor babe *Semoga bokap ga baca akwakwakwakwakwa*.
“Jurus
lu tuh bau bangke jadi hati-hati pas ngekernya, untung guru IPS kita tadi ga
pingsan di kelas seakin baunya.” Ejek Egi.
“Ok
tujuan permainan kita kali ini adalah ngerebut gulungan ini” Dafa menyerahkan
gulungan yang diikat dengan pita berwarna hijau kepada kami sedangkan menyimpan
yang berpita merah. “Tim yang berhasil ngerebut gulungan ini adalah pemenangnya
sedangkan tim yang kehilangan gulungannya dinyatakan kalah dan harus kentut dua
puluh kali, eh push up maksudnya.” Lanjut Dafa.
Kami
bertiga berlari menuju perpustakaan sekolah sedangkan tim Dafa berlari kearah
kantin 1. Di sekolah kami ada 4 kantin, kalo kantin satu berada dekat kelas
kami, kantin 2 berada di dekat kamar mandi dan kantin 3 dan 4 ada di dekat
ruangan OSIS yang sekarang sudah menjadi sanggar ekskul English Club.
“Nah
sekarang kita belok masuk ke lorong ini lalu kita sergap mereka di kantin 1, Co
kau memiliki tugas yang paling penting yaitu menjaga gulungan kita ini.” Audy
yang merupakan ketua regu menyerahkan gulungannya kepadaku. Aku memberi tanda
hormat lalu dia dan Fhalik berlari menuju kantin 1.
Untuk
beberapa menit aku merasa aman, malahan aku sempat mesan nasi goring di kantin
4 dan es teh manis. Namun saat aku melihat Egi mendekat dari kejauhan, aku
langsung berlari meninggalkan jajananku itu.
“Oalah
Co Co, padahal aku cuma mau minta bagi es teh manis dianya malah lari. Udah ah
aku habisin sekalian daripada mubazir.” Aku mendengar Egi bergumam saat aku
sudah berlari menjauh. Aku langsung menepuk jidatku sambil meratapi nasibku.
Karena
kebelet buang air kecil atau BAK, aku pergi ke kamar mandi cowok namun sebelum
aku memasuki kamar mandinya aku menyadari bahwa Dafa berlari ke arahku. Dengan
cepat aku mengunci pintu kamar mandi yang berkarat itu dan karena panik aku
tanpa sengaja menjatuhkan kunci itu ke dalam lubang yang ada di kamar mandi,
alhasil aku terjebak di dalam sana dan mungkin tidak akan pernah keluar.
Karena
hal itu aku jadi tidak kebelet lagi namun sekarang aku merasa panik sekali, aku
mendengar teman-temanku memanggil namun saat aku membalas panggilan mereka
tidak ada yang datang. Aku mulai membayangkan kalau diriku harus meminum air
bak untuk bertahan hidup dan kalau air itu habis maka aku harus meneguk air
toilet yang eew bingitz itu.
Tapi
tiba-tiba ada yang mulai menendang pintu kamar mandiku. “Hei Marco, apa kau di dalam
?” Ternyata itu adalah Fhalik.
“Iya
lik aku ada di dalam nih. Kuncinya tanpa sengaja terjatuh ke dalam lubang dan
aku tidak bisa mengambilnya.” Jawabku.
“Ok
tunggu biar kuhancurkan pintu ini.” Setelah dia mengatakan itu, pintunya
langsung terbuka.
Kami
berdua langsung berlari meninggalkan kamar mandi agar tidak ketahuan oleh guru
dan kembali bertemu lagi dengan Audy dan yang lain yang sudah berdiri di depan
pagar. Setelah aku selesai memberitahu mereka tentang pengalamanku di toilet
tadi, banyak komentar yang terlontar dari mereka.
“Wah
gila lu, kau pasti harus ganti tugi tuh.” Ejek Dafa.
“Ah gak
mungkin, kita diem diem aja kalok gitu.” Kata Adipha.
“Iya
betul tuh si Adipha, saudara macam apa lu ?” Balas Audy pada Dafa.
Kami
semua tertawa bersama-sama sambil menunggu yang lain pulang les. Aku menatap
Fhalik lalu tersenyum, dia juga tersenyum balik. Itulah awal dari
persahabatanku dengan si anak bernama Fhalik itu, walaupun nanti dimasa depan
bakal ada beberapa masalah lainnya, tapi yah itukan cerita yang berbeda.